KRITIK TERHADAP KONSEP TANZIL NASR HAMID ABU ZAYD DAN IMPLIKASINYA TERHADAP STATUS AL QUR’AN

  • Muzayyin . IAINU Kebumen

Abstract

Nasr Hamid berkesimpulan bahwa al-Quran adalah produk budaya (muntaj thaqafi), selain itu ia juga menjadi produsen budaya (muntij thaqafi) karena menjadi teks yang hegemonik dan menjadi rujukan bagi teks-teks lain. Disebabkan realitas dan budaya tidak bisa dipisahkan dari bahasa manusia, maka Nasr Hamid juga menganggap al-Quran sebagai teks bahasa (nas lughawi).Nasr Hamid menyatakan dengan tegas bahwa teks al-Quran ketika di-tanzil-kan kepada Nabi Muhammad berupa makna saja karena problem bahasa. Oleh karena itu, agar bagaimana bahasa Tuhan dipahami oleh ummat Islam maka Muhammad harus membahasakan dengan bahasa Arabnya.Maka dari itu, Nasr Hamid Abu Zayd berpendapat bahwa keabsolutan al-Quran yang sakral sebatas dalam bentuknya yang metafisis atau saat berada di lawh mahfuz. Atas dasar itulah, tulisan ini bermaksud untuk memaparkan gagasan atau konsep Tanzil Nasr Hamid Abu Zayd dan Implikasinya terhadap status Al-Quran, untuk kemudian memberikan kritik yang memadai terhadapnya

Published
2021-12-05
How to Cite
., M. (2021). KRITIK TERHADAP KONSEP TANZIL NASR HAMID ABU ZAYD DAN IMPLIKASINYA TERHADAP STATUS AL QUR’AN. El-Mu’Jam. Jurnal Kajian Al Qur’an Dan Al-Hadis, 1(1), 27-47. https://doi.org/10.33507/el-mujam.v1i1.333
Section
Articles